Detail Berita

#Save_Raja_Ampat

Jumat, 18 Juli 2025 22:29 WIB
12 |   -

KETIKA LUMUT LAUT LEBIH BERHARGA DARI NYAWA WARGA Bapak-bapak berdasi di Senayan teriak "Revolusi Industri", tapi revolusi apa yang kalian bawa? Revolusi kematian ekosistem?  Raja Ampat yang disebut mutiara biodiversitas dunia sekarang jadi kolam limbah tambang. Data KKP menyebut 40% terumbu karang  mati dalam 2 tahun terakhir - tapi izin tambang malah bertambah 300%. TAMBANG BERKEDOK INVESTASI Laporan ICW menyebut 72% pemegang izintambang di Papua Barat punya koneksi ke pejabat aktif. Nilai "kompensasi lingkungan"  yang dibayar? Rp 5.000 per meter - lebih murah dari harga semangkok bakso di kantin DPR. Sementara kerugian ekologi mencapai  17 triliun rupiah per tahun (KLHK, 2025).  TEKNIK BUDAYA TOKSIK "DIVIDE ET IMPERA Pola lama penjajah dipraktikkan dengan sempurna: pecah belah masyarakat adat dengan iming-iming "dana CSR", bayar preman  lokal untuk intimidasi, dan kriminalisasi aktivis lingkungan lewat pasal karet UU ITE. 47 warga Suku Maya dipenjara karena  protes, sementara CEO perusahaan tambang yang terbukti mencemari malah dapat penghargaan dari kementerian.  DATA-DATA YANG DISEMBUNYIKAN Laporan AMDAL yang dipalsukan (terungkap oleh whistleblower Kementerian ESDM), kadar merkuri di perairan Waigeo 8x ambang  batas WHO, tapi Pemda malah mengeluarkan surat "tidak ada dampak signifikan". Dokumen ini kami lampirkan dalam database  yang akan kami sebarkan ke 158 media internasional KAMI BUKAN TIKUS DI NEGERI SENDIRI! #SaveRajaAmpat #NikelUntukRakyat#H4XOR GBP


Komentar

×
Berhasil membuat Komentar
×
Komentar anda masih dalam tahap moderator
1000
Karakter tersisa
Belum ada komentar.

Jadilah yang pertama berkomentar di sini